Entah mengapa siang itu menjadi
siang yang sangat memilukan. Entah darimana bujuk rayu itu masuk kedalam
sendi-sendi tubuh, bahkan mengalir deras memasuki aliran darah mengalir
keseluruh bagian tubuh dan akhirnya mengusai fikiran dan hati ini. Tak ada lagi
kata takut, tekat bulat telah terpatri dalam diri, apalagi gerbang dunia telah
dibuka selebar-lebarnya untuk melangkah kedalamnya.
Walau kaki terasa gemetar, dada
berguncang dengan hebat, namun akal sehat telah hilang dan tergantikan oleh
nafsu liar yang menyala-nyala dalam mata dan tubuh, bak singa yang telah
berhari-hari tak menjumpai sang mangsa.
Katika kaki telah sampai
digerbang itu, masih timbul rasa ragu, masih terpatri sinar iman dalam diri,
namun apalah daya, tubuh tak lagi mampu menahan gejolak akal sehat yang mulai
rusak. Dengan langkah luntai terseretlah kaki memasuki gerbangnya, menerobos
hingga mata tak mampu lagi menatap. Namun entah mengapa, masih tersadarkan
dalam kedalam lubuk hati, untuk menghentikan semua, seolah hati meronta-ronta
ingin segera pergi dan tak lagi pernah kembali. Namun sekali lagi apala daya,
tubuh terasa terhipotis menyaksikan buruan singa telah tersendiri dan tersesat dari
gerombolan sehingga tak ada lagi upaya untuk dapat menolak menyergap dan
melahap mangsa singa yang sedang bersendiri.
Cepat dan hampir tak berarti,
namun sang mangsa kini tinggallah tulang belulang dan segera ditinggal pergi.
Pergi tanpa perlu melakukan penguburan yang layak bagi mangsanya, seolah tak
ada rasa bersalah karena sudah menjadi hukum rimba bahwa mangsalah yang akan
terlahap bila sang pemangsa sedang kelaparan.
Sejuta rasa berkecamuk dalam
diri, ada apa…? Apa yang teradi …? Mengapa
semua terjadi begitu cepat …? Betapa kuatkah godaan itu, sehigga tembok yang
tersusun rapi hancur tak berbekas diterjang serpihan kayu jalanan.
Ingin rasanya kembali, ingin
rasanya mengakhiri semuanya, tapi apalah daya seolah itu bukanlah murni
kesalahan, seolah semua hanyalah jebakan dunia yang kini menjadi pelajaran
hidup yang sangat menyiksa. Takkan mungkin mengembalikan mangsa yang menjadi
tulang belulang menjadi utuh kesedia kala, tanpa bekas dan goresan sedikitpun.
Kini biarlah penyesalan hanya
menjadi penyesalan, hanya kuasa Ilahi yang mampu menghapus semuanya. Entah melalui
hukuman ataukah ampunan, namun yakinlah bahwa semua adalah cobaan yang
mengandung hikmah dan petaka.
Makassar 22 juli 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar