Pages

Rabu, 13 Januari 2016

Mengejar Cinta Ke Pulau Jawa

Tak terasa, enam tahun lamanya perpisahan itu telah terjadi. Bermula dari pertemuan yang singkat dengan seorang gadis asli kelahiran jawa yang kebetulan sedang menimbah ilmu di pulau seberang dengan seorang pemuda cakap penduduk asli setempat. Akhirnya cinta diantara mereka bersemi dan semakin bersemi dari  hari ke hari, namun apalah hendak di kata, karena sudah menjadi hakikatnya, bahwa burung yang terbang tinggi dan jauh kelangit angkasa kelak pasti jua akan kembali ke sarangnya lagi, begitupula si gadis, akhirnya dengan senang bercampur duka dia harus meninggalkan hatinya di tanah perantauannya dan kembali merapatkan hatinya ke keluarga tercintanya  ditanah kelahiran.
Waktu tak terasa terus mengalir bak air yang mengalir deras, kabar berita dari sang gadis mungkin masih sesekali dapat terdengar, namun semua masih nampak samar. Begitupula Cinta diantara keduanyapun semakin hari mungkin telah semakin memudar sedikit demi sedikit. namun bukan halangan niat hati sang pemuda untuk dapat menemui si gadis nan jauh diseberang. Namun acap kali terpikiran, maka seolah semua takkan pernah dapat terwujud, jarak yang membentang, kehidupan yang asing, finansial yang belum ada, hingga izin berpindahpun belumlah didapatan dari sang orang tua, kesemuanya menjadi momok yang sangat sulit ditaklukkan bagi sang burung yang baru belajar mengepakkan sayap.
Hingga tibalah masa, dimana pintu itu terbuka, jalan untuk menemui si gadis kini terbentang di depan matanya, namun sekali lagi, ini takkanlah semudah apa yang dipikirkan. Dengan tekatnya yang telah bulat, disertai dengan keyakinan yang kuat, dengan bermodal seadanya, maka berangkatlah pemuda menjelajah sebuah negeri yang sangat asing baginya, tanpa sanak keluarga, teman, kenalan dan bahkan kehidupan yang jelas.
****
Kehidupan barupun dimulai, hari demi hari dilalui si pemuda didaerah yang tak dikenalnya, asing dan sangat terasing. Namun dengan pompaan semangat, serta cita cintanya yang semakin dekat, maka tak pernah terbesit lagi untuk kata mundur, apapun ia akan lakukan agar tujuannya untuk menemui sang gadis dapat dia penuhi, yah walau hanya sekejap mata dia ingin menatap si gadis dengan matanya sendiri, dia ingin memastikan sendiri kehidupan si gadis kini, tentang kehidupannya selama ini, tentang cinta yang mungkin masih tersimpan rapi di hatinya, ataukah telah pudar bak waktu yang memudarkan sang warna, dan sejuta pertayaan yang hanya ia ingin dengarkan langsung dari bibir sang gadis.
Akhirnya setelah enam bulan berlalu, dan Informasi yang ia dapatkan tentang si gadis mulai terang di matanya, tentang alamatnya, kediamannya, cara ia menuju ke tempat itu dan semua hal tentang kehidupan si gadis telah ia dapatkan, termaksud bahwa si gadis yang telah memiliki tambatan hati, Sedih dan kecewa namun hal ini bukanah sepenuhnya kesalahan dan bukti ketidaksetiaan si gadis padanya, karena sejak awal memang dialah yang patut dipersalahkan telah melepaskan dan tak pernah memberikan kepastian kepada si gadis.
Dengan modal seadanya, akhirnya dia memulai petualangan cintanya, melintasi satu daerah ke daerah lainya, dari lembah hingga gunung, dari persimpangan satu ke persimpangan empat, akhirnya tibalah ia di alamat yang ia dapatkan. Entah mengapa, sekali lagi, hatinya kembali ragu, akankah ia bisa dan harus bertemu gadis ini, setelah sekian lama ia tak memberi kabar, setelah ia tahu bahwa si gadis telah memiliki pujaan hatinya, haruskah ia datang mengorek kembali kenangan lama yang mungkin telah dibuang jauh oleh si gadis, haruskah ia menemui si gadis dan merusak kisah kebahagiaan si gadis dengan penuh pemelasan masa lalu, dan beribu tanda keraguan kembali menghayuti pikiran dan perasaannya, yang membuatnya akhirnya memutuskan kembali mundur dari pintu pagar alamat itu. Memutari jalan setapak, dan kembali duduk termenung hingga fajar mulai menyingsing.
*******
“Bolehkah aku menemuimu ?” yah itulah kata yang ia ucapkan kepada si gadis dari balik layar handphne genggam miliknya. Akhirnya sekali lagi dengan pertimbangan yang cukup berat, dengan sejuta keraguan yang masih menyelimuti hatinya. Dia memutuskan untuk tetap bertemu dengan si gadis, apapun kondisi dan keadaannya. Tak mungkin ia kembali lagi dan mengulangnya dari awal, batu telah terlepar, entah siapa yang akan menjadi sakit karena lemparannya, mungkin saja si gadis atau mungkin dia sendiri.
Namun entahlah, belumlah sempat batu itu terlontar, dia telah menemukan jawaban kemana lemparan batu terarah, hampir-hampir meluluhlantakan sekujur tubuhnya yang ringkih dan penuh kepalsuan, “Tidak, besok-besok sajalah kalau mau bertemu”. Bagai tertimpa gunung  yang sangat berat, tersobek-sobek bak kertas putih sampai potongan-potongan kecil, betulkah semua ini? Inikah jawaban yang harus ia terimah dari suara dibalik telepon itu, inikah puncak dari petualang itu, terasa tak percaya dengan jawaban ini. Namun inilah kenyataan, si Gadis tak lagi ingin menemuinya,namun sekilas terdengar pula suara lelaki di samping si gadis, yah mungkin itulah alasannya, itulah jawaban yang paling tepat mengapa si gadis tak mau menemuinya saat itu.
Dengan rasa kecewa dan sedih, ditinggalkanlah kediaman sang gadis, namun sebagai rasa kecewanya, dititipkanlah sebuah benda kepada penjaga alamat itu, dengan harapan bahwa tujuannya untuk menjumpai sang gadis sudah tercapai dan telah usai. Petualangan cintanya telah berakhir dengan kegagalan yang nyata. Dengan langkah pontai, ditinggalkanlah tempat itu, menjauh dan semakin menjauh, sebelum akhirnya telepon yang ia bawa kembali berdering, tertera nomor yang asing baginya. Namun “Jangan pulang dulu” seolah tak pecaya, itu adalah suara si gadis yang ia kenal betul, dengan sedikit demi sedkit dikumpulkannya kembali hatinya yang tercabik, “setengah jam lagi saya sampai ke sana, tunggu yah”.
“Setengah jam ?? jangankan setengah jam, seharipun aku masih sanggup menunggumu” bisik pemuda kepada hatinya, seolah tak percaya dan tak tahu apa sebab dan alasannya si gadis akhirnya memutuskan untuk menjumpainya. Serasa tak percaya, namun hanya butuh setengah jam lagi ia dapat menemui pujaan hatinya, hanya butuh setengah jam lagi ia dapat menuntaskan misi petualanngan, hanya butuh setengah jam lagi maka rindu selama enam tahun lamanya akan terbayarkan, hanya butuh setengah jam lagi, maka akan terkuaklah semua kenangan masa lalunya.
****
Walau harus menungu lebih dari setengah jam, akhirnya dia dapat berjumpa degan gadis itu, Sunyuman, gaya menyapa, tatapan matanya, gaya berjalannya, gerak tubuhnya, lembut suaranya,, serasa ini adalah sebuah mimpi yang  ternyata si pemuda dalam hidupnya.  Bak air hujan yang membasahi bumi yang tandus selama bertahun tahun, akhirnya bergembiralah seluruh alam menyaksikan hujan telah turun, begitulah mungkin gambaran hati sang pemuda setelah melihat sang gadis di depan matanya. Ingin rasanya dipeluk erat sang gadis, mengusap rambutnya, namun apalah daya, itu belumlah saatnya.
Jika engkau bertanya, apa artinya satu jam, maka tanyakanlah kepada hati sang pemuda ketika ia menatap sang gadis itu satu jam lamanya. Satu jam yang seolah menjadi detik-detik yang penuh makna dan bahagia, satu jam yang menghapuskan rindu selama bertahun lamanya, satu jam lamanya perahu cinta telah berlabuh dalam dermaga pandangan.
Hilanglah sudah dahaga kerinduan, tercapailah angan-angan berbulan dalam perantauan, itulah gambaran kepuasan hati sang pemuda setelah bertemu sang gadis pujaan hatinya. Namun apalah hendak dikata, kedatangannya mungkin bukanlah suatu yang tepat dan diharapkan oleh sang gadis, dan mungkn keadaan dan waktu yang menyebabkan petualangan cintanya harus berakhir dengan pertemuan singkat, namun penuh makna. Senang, itulah kata yang dapat menggambarkan hati keduanya,
Namun sekali lagi, mungkin semuanya telah berubah, kisah cinta petualangan ini mungkin berakhir sudah. Tanpa kata, tanpa rasa, dan mungkin tanpa makna. Tak ingin rasanya meninggalkan tempat itu, namun tak ada alasan bagi pemuda untuk tetap tinggal disana. Karena disana si gadis telah memiliki hatinya sendiri, disana si gadis telah menemukan kebahagiaannya sendiri, dan disana pulalah ia telah melepaskan semua tujuan pengelanaannya kini. Yah sehingga tak ada lagi sepotong alasanpun yang mungkin dapat menahannya, semua telah berakhir, seperti kisah cinta ini, semuanya bak fatamorgana dan tak nyata lagi.

Sayyonara, dan sampai jumpa di petualangan cinta selanjutnya, 

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Itu kisah cintanya ya