Tak terasa, enam tahun lamanya perpisahan itu telah
terjadi. Bermula dari pertemuan yang singkat dengan seorang gadis asli kelahiran
jawa yang kebetulan sedang menimbah ilmu di pulau seberang dengan seorang
pemuda cakap penduduk asli setempat. Akhirnya cinta diantara mereka bersemi dan
semakin bersemi dari hari ke hari, namun
apalah hendak di kata, karena sudah menjadi hakikatnya, bahwa burung yang
terbang tinggi dan jauh kelangit angkasa kelak pasti jua akan kembali ke
sarangnya lagi, begitupula si gadis, akhirnya dengan senang bercampur duka dia
harus meninggalkan hatinya di tanah perantauannya dan kembali merapatkan
hatinya ke keluarga tercintanya ditanah
kelahiran.
Waktu tak terasa terus mengalir bak air yang mengalir
deras, kabar berita dari sang gadis mungkin masih sesekali dapat terdengar,
namun semua masih nampak samar. Begitupula Cinta diantara keduanyapun semakin
hari mungkin telah semakin memudar sedikit demi sedikit. namun bukan halangan
niat hati sang pemuda untuk dapat menemui si gadis nan jauh diseberang. Namun
acap kali terpikiran, maka seolah semua takkan pernah dapat terwujud, jarak
yang membentang, kehidupan yang asing, finansial yang belum ada, hingga izin
berpindahpun belumlah didapatan dari sang orang tua, kesemuanya menjadi momok
yang sangat sulit ditaklukkan bagi sang burung yang baru belajar mengepakkan
sayap.
Hingga tibalah masa, dimana pintu itu terbuka, jalan
untuk menemui si gadis kini terbentang di depan matanya, namun sekali lagi, ini
takkanlah semudah apa yang dipikirkan. Dengan tekatnya yang telah bulat,
disertai dengan keyakinan yang kuat, dengan bermodal seadanya, maka
berangkatlah pemuda menjelajah sebuah negeri yang sangat asing baginya, tanpa
sanak keluarga, teman, kenalan dan bahkan kehidupan yang jelas.
****
Kehidupan barupun dimulai, hari demi hari dilalui si
pemuda didaerah yang tak dikenalnya, asing dan sangat terasing. Namun dengan
pompaan semangat, serta cita cintanya yang semakin dekat, maka tak pernah
terbesit lagi untuk kata mundur, apapun ia akan lakukan agar tujuannya untuk
menemui sang gadis dapat dia penuhi, yah walau hanya sekejap mata dia ingin
menatap si gadis dengan matanya sendiri, dia ingin memastikan sendiri kehidupan
si gadis kini, tentang kehidupannya selama ini, tentang cinta yang mungkin
masih tersimpan rapi di hatinya, ataukah telah pudar bak waktu yang memudarkan
sang warna, dan sejuta pertayaan yang hanya ia ingin dengarkan langsung dari
bibir sang gadis.
Akhirnya setelah enam bulan berlalu, dan Informasi yang
ia dapatkan tentang si gadis mulai terang di matanya, tentang alamatnya,
kediamannya, cara ia menuju ke tempat itu dan semua hal tentang kehidupan si
gadis telah ia dapatkan, termaksud bahwa si gadis yang telah memiliki tambatan
hati, Sedih dan kecewa namun hal ini bukanah sepenuhnya kesalahan dan bukti
ketidaksetiaan si gadis padanya, karena sejak awal memang dialah yang patut
dipersalahkan telah melepaskan dan tak pernah memberikan kepastian kepada si
gadis.
Dengan modal seadanya, akhirnya dia memulai petualangan
cintanya, melintasi satu daerah ke daerah lainya, dari lembah hingga gunung, dari
persimpangan satu ke persimpangan empat, akhirnya tibalah ia di alamat yang ia
dapatkan. Entah mengapa, sekali lagi, hatinya kembali ragu, akankah ia bisa dan
harus bertemu gadis ini, setelah sekian lama ia tak memberi kabar, setelah ia
tahu bahwa si gadis telah memiliki pujaan hatinya, haruskah ia datang mengorek
kembali kenangan lama yang mungkin telah dibuang jauh oleh si gadis, haruskah
ia menemui si gadis dan merusak kisah kebahagiaan si gadis dengan penuh
pemelasan masa lalu, dan beribu tanda keraguan kembali menghayuti pikiran dan
perasaannya, yang membuatnya akhirnya memutuskan kembali mundur dari pintu
pagar alamat itu. Memutari jalan setapak, dan kembali duduk termenung hingga
fajar mulai menyingsing.
*******
“Bolehkah aku menemuimu ?” yah itulah kata yang ia
ucapkan kepada si gadis dari balik layar handphne genggam miliknya. Akhirnya
sekali lagi dengan pertimbangan yang cukup berat, dengan sejuta keraguan yang
masih menyelimuti hatinya. Dia memutuskan untuk tetap bertemu dengan si gadis,
apapun kondisi dan keadaannya. Tak mungkin ia kembali lagi dan mengulangnya
dari awal, batu telah terlepar, entah siapa yang akan menjadi sakit karena
lemparannya, mungkin saja si gadis atau mungkin dia sendiri.
Namun entahlah, belumlah sempat batu itu terlontar, dia
telah menemukan jawaban kemana lemparan batu terarah, hampir-hampir
meluluhlantakan sekujur tubuhnya yang ringkih dan penuh kepalsuan, “Tidak,
besok-besok sajalah kalau mau bertemu”. Bagai tertimpa gunung yang sangat berat, tersobek-sobek bak kertas
putih sampai potongan-potongan kecil, betulkah semua ini? Inikah jawaban yang harus
ia terimah dari suara dibalik telepon itu, inikah puncak dari petualang itu,
terasa tak percaya dengan jawaban ini. Namun inilah kenyataan, si Gadis tak
lagi ingin menemuinya,namun sekilas terdengar pula suara lelaki di samping si
gadis, yah mungkin itulah alasannya, itulah jawaban yang paling tepat mengapa
si gadis tak mau menemuinya saat itu.
Dengan rasa kecewa dan sedih, ditinggalkanlah kediaman
sang gadis, namun sebagai rasa kecewanya, dititipkanlah sebuah benda kepada
penjaga alamat itu, dengan harapan bahwa tujuannya untuk menjumpai sang gadis
sudah tercapai dan telah usai. Petualangan cintanya telah berakhir dengan
kegagalan yang nyata. Dengan langkah pontai, ditinggalkanlah tempat itu,
menjauh dan semakin menjauh, sebelum akhirnya telepon yang ia bawa kembali
berdering, tertera nomor yang asing baginya. Namun “Jangan pulang dulu” seolah
tak pecaya, itu adalah suara si gadis yang ia kenal betul, dengan sedikit demi
sedkit dikumpulkannya kembali hatinya yang tercabik, “setengah jam lagi saya
sampai ke sana, tunggu yah”.
“Setengah jam ?? jangankan setengah jam, seharipun aku
masih sanggup menunggumu” bisik pemuda kepada hatinya, seolah tak percaya dan
tak tahu apa sebab dan alasannya si gadis akhirnya memutuskan untuk menjumpainya.
Serasa tak percaya, namun hanya butuh setengah jam lagi ia dapat menemui pujaan
hatinya, hanya butuh setengah jam lagi ia dapat menuntaskan misi petualanngan,
hanya butuh setengah jam lagi maka rindu selama enam tahun lamanya akan
terbayarkan, hanya butuh setengah jam lagi, maka akan terkuaklah semua kenangan
masa lalunya.
****
Walau harus menungu lebih dari setengah jam, akhirnya
dia dapat berjumpa degan gadis itu, Sunyuman, gaya menyapa, tatapan matanya,
gaya berjalannya, gerak tubuhnya, lembut suaranya,, serasa ini adalah sebuah
mimpi yang ternyata si pemuda dalam
hidupnya. Bak air hujan yang membasahi
bumi yang tandus selama bertahun tahun, akhirnya bergembiralah seluruh alam
menyaksikan hujan telah turun, begitulah mungkin gambaran hati sang pemuda
setelah melihat sang gadis di depan matanya. Ingin rasanya dipeluk erat sang
gadis, mengusap rambutnya, namun apalah daya, itu belumlah saatnya.
Jika engkau bertanya, apa artinya satu jam, maka
tanyakanlah kepada hati sang pemuda ketika ia menatap sang gadis itu satu jam
lamanya. Satu jam yang seolah menjadi detik-detik yang penuh makna dan bahagia,
satu jam yang menghapuskan rindu selama bertahun lamanya, satu jam lamanya
perahu cinta telah berlabuh dalam dermaga pandangan.
Hilanglah sudah dahaga kerinduan, tercapailah
angan-angan berbulan dalam perantauan, itulah gambaran kepuasan hati sang
pemuda setelah bertemu sang gadis pujaan hatinya. Namun apalah hendak dikata,
kedatangannya mungkin bukanlah suatu yang tepat dan diharapkan oleh sang gadis,
dan mungkn keadaan dan waktu yang menyebabkan petualangan cintanya harus
berakhir dengan pertemuan singkat, namun penuh makna. Senang, itulah kata yang
dapat menggambarkan hati keduanya,
Namun sekali lagi, mungkin semuanya telah berubah,
kisah cinta petualangan ini mungkin berakhir sudah. Tanpa kata, tanpa rasa, dan
mungkin tanpa makna. Tak ingin rasanya meninggalkan tempat itu, namun tak ada
alasan bagi pemuda untuk tetap tinggal disana. Karena disana si gadis telah
memiliki hatinya sendiri, disana si gadis telah menemukan kebahagiaannya
sendiri, dan disana pulalah ia telah melepaskan semua tujuan pengelanaannya
kini. Yah sehingga tak ada lagi sepotong alasanpun yang mungkin dapat
menahannya, semua telah berakhir, seperti kisah cinta ini, semuanya bak
fatamorgana dan tak nyata lagi.
Sayyonara, dan sampai jumpa di petualangan cinta
selanjutnya,
1 komentar:
Itu kisah cintanya ya
Posting Komentar