Pages

Kamis, 29 Maret 2012

Kecerdasan Emosi


Kuasai Kecerdasan Emosi Anda!

written by: Abdul Hasim

"Siapapun bisa marah.
Marah itu mudah.
Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai,
pada waktu
yang tepat, demi tujuan yang benar,
dan
dengan cara yg baik, bukanlah hal mudah."

-- Aristoteles, The Nicomachean Ethics.

Mampu menguasai emosi, seringkali orang menganggap remeh pada masalah ini. Padahal, kecerdasan otak saja tidak cukup menghantarkan seseorang mencapai kesuksesan.
 Justru, pengendalian emosi yang baik menjadi faktor penting penentu kesuksesan hidup seseorang.
 Kecerdasan emosi adalah sebuah gambaran mental dari seseorang yang cerdas dalam menganalisa, merencanakan dan menyelesaikan masalah, mulai dari yang ringan hingga kompleks.

Dengan kecerdasan ini, seseorang bisa memahami, mengenal, dan memilih kualitas mereka sebagai insan manusia. Orang yang memiliki kecerdasan emosi bisa memahami orang lain dengan baik
dan membuat keputusan dengan bijak.

Lebih dari itu, kecerdasan ini terkait erat dengan bagaimana seseorang dapat mengaplikasikan apa yang ia pelajari tentang kebahagiaan, mencintai dan berinteraksi dengan sesamanya.
 Ia pun tahu tujuan hidupnya, dan akan bertanggung jawab dalam segala hal yang terjadi dalam hidupnya sebagai bukti tingginya kecerdasan emosi yang dimilikinya.

Kecerdasan emosi lebih terfokus pada pencapaian kesuksesan hidup yang
*tidak tampak*.

Kesuksesan bisa tercapai ketika seseorang bisa membuat kesepakatan dengan melibatkan emosi, perasaan dan interaksi dengan sesamanya.

Terbukti, pencapaian kesuksesan secara  materi tidak menjamin kepuasan hati seseorang.

Di tahun 1990, Kecerdasan Emosi (yang juga dikenal dengan sebutan "EQ"), dikenalkan melalui pasar dunia.

Dinyatakan bahwa kemampuan seseorang untuk mengatasi dan menggunakan emosi secara tepat dalam setiap bentuk interaksi lebih dibutuhkan daripada kecerdasan otak (IQ) seseorang.

Sekarang, mari kita lihat, bagaimana emosi bisa mengubah segala keterbatasan menjadi hal yang luar biasa....

Seorang miliuner kaya di Amerika Serikat, Donald Trump, adalah contoh apik dalam hal ini. Di tahun 1980 hingga 1990, Trump dikenal sebagai pengusaha real estate yang cukup sukses, dengan kekayaan pribadi yang diperkirakan sebesar satu miliar US dollar.

Dua buku berhasil ditulis pada puncak karirnya, yaitu "The Art of The Deal dan Surviving at the Top". Namun jalan yang dilalui Trump tidak selalu mulus...

Anda ingat depresi yang melanda dunia di akhir tahun 1990? Pada saat itu harga saham properti pun ikut anjlok dengan drastis. Hingga dalam waktu semalam, kehidupan Trump menjadi sangat berkebalikan.

Trump yang sangat tergantung pada bisnis propertinya ini harus menanggung hutang sebesar 900 juta US Dollar! Bahkan Bank Dunia sudah memprediksi kebangkrutannya.

Beberapa temannya yang mengalami nasib serupa berpikir bahwa inilah akhir kehidupan mereka, hingga benar-benar mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.

Di sini kecerdasan emosi Trump benar-benar diuji. Bagaimana tidak, ketika ia mengharap simpati dari mantan istrinya, ia justru diminta memberikan semua harta yang tersisa sebagai ganti rugi perceraian mereka.

Orang-orang yang dianggap sebagai teman dekatnya pun pergi meninggalkannya begitu saja. Alasan yang sangat mendukung bagi Trump untuk putus asa dan menyerah pada hidup. Namun itu tidak dilakukannya.

Trump justru memandang bahwa ini kesempatan untuk bekerja dan mengubah keadaan. Meski secara finansial ia telah kehilangan segalanya, namun ada "intangible asset" yang tetap dimilikinya.

Ya, Trump memiliki pengalaman dan pemahaman bisnis yang kuat, yang jauh lebih berharga dari semua hartanya yang pernah ada!

Apa yang terjadi selanjutnya?

Fantastis, enam bulan kemudian Trump sudah berhasil membuat kesepakatan terbesar dalam sejarah bisnisnya.  Tiga tahun berikutnya, Trump mampu mendapat keuntungan sebesar US$3 Milliar. Ia pun berhasil menulis kembali buku terbarunya yang diberi judul "The Art of The Comeback".

Dalam bukunya ini Trump bercerita bagaimana kebangkrutan yang menimpanya justru menjadikannya lebih bijaksana, kuat dan fokus daripada sebelumnya.

Bahkan ia berpikir, jika saja musibah itu tidak terjadi, maka ia tidak akan pernah tahu teman sejatinya dan tidak akan menjadikannya lebih kaya dari yang sebelumnya. Luar biasa bukan? :-)

Kecerdasan Emosi memberikan seseorang keteguhan untuk bangkit dari kegagalan, juga mendatangkan kekuatan pada seseorang untuk berani menghadapi ketakutan.

Tidak sama halnya seperti kecerdasan otak atau IQ, kecerdasan emosi hadir pada setiap org & bisa dikembangkan.

Berikut beberapa tips bagaimana cara mengasah kecerdasan emosi:

1. Selalu hidup dengan keberanian.

    Latihan dan berani mencoba hal-hal baru  akan memberikan beragam pengalaman dan membuka pikiran dengan berbagai  kemungkinan lain dalam hidup.

2. Selalu bertanggung jawab dalam segala hal.

    Ini akan menjadi jalan untuk bisa mendapatkan kepercayaan orang lain dan mengendalikan kita untuk tidak mudah  menyerah. "being accountable is being  dependable"

3. Berani keluar dari zona nyaman.

    Mencoba keluar dari zona nyaman akan  membuat kita bisa mengeksplorasi banyak hal.

4. Mengenali rasa takut dan mencoba untuk menghadapinya.

    Melakukan hal ini akan membangun rasa percaya diri dan dapat menjadi jaminan bahwa segala sesuatu pasti ada solusinya.

5. Bersikap rendah hati.

    Mau mengakui kesalahan dalam hidup justru dapat meningkatkan harga diri kita.

So, kuasailah kecerdasan emosi Anda!

Karena mengendalikan emosi merupakan salah satu faktor penting yang bisa mengendalikan Anda menuju sukses dan juga menikmati warna-warni kehidupan. :-)

Semoga bermanfaat! :-)


*********** Resource Box ****************

Nikmatilah Perbedaan



Written by: Abdul Hasim

Perbedaan adalah anugrah dari
Yang Maha Kuasa!


Lihatlah sekeliling kita, indahnyawarna-warni bunga, warna-warni satwa,
dan segala keragaman lain yangmenghiasi dunia.

Bayangkan kalau kita hanya mengenalwarna hitam saja! Alangkah gelapnya
dunia ini! :-)

Tanpa adanya perbedaan dan warna-warni,kita tidak akan merasakan hidup
semeriah dan seindah sekarang ini,betul?! :-)

Begitu pun dengan kehidupan, setiapinsan selalu berhadapan dengan segalamacam perbedaan dan warna-warnikehidupan.

Tapi sayang, tidak semua orang mampumelihat perbedaan sebagai kekayaan.Banyak orang merasa tersiksa karenaperbedaan alias mereka tidak mampumenikmatinya.

Berbagai bentuk kejahatan dimulai hanyakarena perbedaan. Entah itu perbedaan
warna kulit, agama, suku bangsa,prinsip, atau sekadar pendapat.

Sebenarnya, perbedaan bukanlah sesuatuyang bisa dihindari. Setiap orang lahir
dengan perbedaan dan keunikannyamasing-masing. Mulai dari perbedaan
fisik, pola pikir, kesenangan, danlain-lain.

Tidaklah mungkin segala sesuatu hal sama. Bahkan kesamaan pun sebenarnya tidak
selalu menguntungkan.

Coba bayangkan, seandainya semua orangmemiliki kemampuan memimpin, lantas
siapa yang mau dipimpin? Kalau semuaorang menjadi orang tua, siapa yang mau
jadi anak? Siapa juga yang akanmenerima sedekah, jika semua orangditakdirkan kaya?

Perbedaan ada bukan untuk dijadikan
alat perpecahan. Banyak hal positif yang bisa kita peroleh dengan perbedaan.
Namun, tentu saja semua itu harus bersyarat. Nah, syarat apa saja yang harus dipenuhi?

Berikut di antaranya...
1. Cara pandang kita terhadap perbedaan.

Berpikirlah positif dengan mensyukuri  adanya perbedaan. Anggaplah perbedaan   sebagai kekayaan. Cara pandang yang   benar akan melahirkan sikap yang tepat.  Ada baiknya kita mencari persamaan   terlebih dahulu, sebelum mencari  perbedaan.

2. Kelola perbedaan sebaik mungkin.

    Musyawarah untuk mencapai kesepakatan  adalah jalan yang tepat untuk mengelol  perbedaan. Berlatihlah utk menghargai, menerima,  menjalankan dan bertanggungjawab  terhadap keputusan bersama, meski  berlawanan dengan ide awal kita.

3. Selalu posisikan segala sesuatu  pada tempatnya.

    Saat bekerja sama dengan orang lain,salurkan potensi, karakter, minat yang berbeda-beda pada posisi 'yang tepat'. Cara ini akan mendorong tercapainya tujuan bersama dan mendukung pengembangan potensi masing-masing individu.

4. Jangan pernah meremehkan orang lain.

Apapun dan bagaimana pun kondisi atau pendapat orang lain, perlakukan mereka  selayaknya diri kita ingin diperlakukan. Anggaplah semua orang penting. Mereka  memiliki peran tersendiri, yg bisa jadi tdk bisa digantikan oleh orang lain.

5. Jangan menonjolkan diri atau sombong.
 Merasa diri paling penting dan lebih  baik daripada orang lain *tidak akan* menambah nilai lebih bagi kita. Toh  kita tidak bisa hidup tanpa orang lain. Jadilah beton dalam bangunan. Meski tidak nampak, namun sesungguhnya ialah yang menjadi penyangga kokohnya sebuah bangunan.

6. Cari sumber informasi yang terjamin  kebenarannya.

    Perbedaan bisa muncul karena informasi yang salah. Oleh sebab itu, pastikan sumber informasi kita bisa terjamin dan dapat dipercaya kebenarannya. Lebih bagus lagi jika disertai bukti yang  mendukung.

7. Koreksi diri sendiri sebelum menyalahkan orang lain.

    Menyalahkan orang lain terus menerus  tidak akan banyak membantu kita. Bisa jadi kesalahan sebenarnya terletak pada  diri kita. Karenanya, koreksi diri  sendiri terlebih dahulu merupakan angkah yang paling bijaksana.

So, berhentilah menyesalkan perbedaan.
Karena jika tidak, Anda akan
kehilangansumber kebahagiaan! :-)
Salam Sukses
*********** Resource Box ****************

Rabu, 28 Maret 2012

My Inspiratif


Dear Pembaca yang Budiman,

Sebelum saya menyuguhkan sepatah kata jiwa, saya
ingin berbagi dulu cerita. Intermezo
dikit ya! Biar tidak bosan!!!

Ini mengenai seorang tokoh inspiratif buat saya
yang yang telah mengilhami karya karya saya..

Namanya Sukina, dilihat dari namanyaorang akan berpikir beliau orang Jawa atau beliau
keturunan Jawanya. Mungkin anda pun berpikir demikian.
Namun itu memnag benar, tapi anehnya beliau tak tahu bahasa jawa
dan bahkan dilingkungan sekitar tak ada yang mengetahui bahwa beliau adalah orang jawa
Lahir dijawa pada bulan desember, dengan keluarga yang berada dibawah garis kemiskinan
dan ketika menginjak usia 6 tahun, beliau beserta keluarga harus
bertransmigrasi ke Sulawesi tepatnya Sulawesi selatan
ditempatkan di daerah terpencil, jauh di sebelah timur Sulawesi
Sempat menginjak bangku sekolah dasar, namun karena masalah ekonomi yang tergolong
berada jauh dari garis kemiskinan yang menyebabkan beliau harus
menghentikan sekolahnya dikelas tiga SD
Usia Sembilan tahun beliau sudah harus bekerja, dan berpindah-pindah majikan,
hal inipulah yang menyebabkan beliau jauh dari orang tuanya.
berpisah selama kurang lebih lima tahun dengan erong tuanya
menyebabkanbeliau tumbuhmenjadi sosok manusia yang tegar, ibarat karang ditengah badai ombak
Hal itulah yang menyebabkan hingga kini menjadikan beliau seorang yang mampu
membimbing anak-anaknya, sosok yang anggun dan berwibawa menyebabkan anak-anaknya
sangat menghormati beliau
Ketegaran beliau begitu terasa dalam kehidupanku, ketika suami beliau harus berpulang ke
rahmatullah,
semangat beliau begitu gigih dalam menghidupi para putra-putrinya, disaat krisis ekonomi melanda
tak kenal pagi, siang ataupun malam. Panas hujan menjadi perhiasan tubuhnya
yang begitu kokoh, demi mencari sesuap nasi bagi putra-putrinya
hampir semua jenis pekerjaan beliau lakukan, tak kenal lelah maupun letih, piluh keringatnya terasa hambar.
Aku sangat mengagumi beliau, beliaulah yang menjadi inspirasi duniaku. Pengisi kekosongan jiwa
penawar racun kehidupan
taukah para pembaca yang budiman ? beliau adalah IBUku
THANKS FOR YOU MOM, I LOVE YOU SO MUCH

Oce, sekian intermezonya,!
Selamat membaca! :-)


Selasa, 27 Maret 2012

MENGUBAH TUJUAN HIDUP


"Tetapkan Tujuan Hidup"
Written by : Hasyim

"Without goals, and plans to reach them, you are
like a ship that sail with no destination" --
(Fritzhugh Dodson)
Itulah perumpamaan bagi orang yang tidak punya tujuan dalam hidupnya.

Banyak orang melakoni perannya, tapi tidak tahu arah hidup yang ingin ditujunya.
Mereka-reka hidupadalah apa yang kemudian dilakukannya.

Bila sesuatu hal buruk terjadi, mereka akan berdalih
nasib tak berpihak padanya.

Tidak jarang seseorang baru menyadari tujuan
hidupnya pada usia tua. Sangat disayangkan memang.

Seringkali orang tidak berani melakukan perubahan
dalam hidupnya. Dia hanya menunggu, dan menunggu
adanya perubahan tersebut... hingga akhirnya tujuan
hidupnya tidak tercapai!

Sebenarnya, tidak masalah jika kita harus mengubah
tujuan hidup beberapa kali. Hal yg terpenting adalah
setiap saat kita mempunyai tujuan hidup yang ingin
dicapai.

Setidaknya kita tahu ke mana kita akan berjalan dan
strategi apa yang harus diambil.

4 Cara Yang Bisa Anda Pakai Untuk Menetapkan
Tujuan Hidup :
1. Apa sebenarnya keinginan anda ?
Tanyakan pada hati nurani anda, apa sebenarnya
    keinginan anda untuk beberapa tahun ke depan?

    Tidak ada salahnya buat anda untuk bermimpi. Anda
    tidak perlu malu mengakuinya, lagipula, tidak
    ada biaya yang harus anda  keluarkan untuk
    sekedar bermimpi. ;-)
2. Kumpulkan informasi.
Dengan mengumpulkan informasi, anda
    bisa lebih mudah mencapai tujuan yang diinginkan.

    Jika ada orang lain yang sudah berhasil melakukan
    yang anda inginkan, belajarlah dari mereka.
    Lakukan apa yang mereka kerjakan!
3. Jangan diam.
Lakukan sesuatu dan secara terus menerus yang akan
    membawa anda pada impian hidup yang diinginkan!
Karena jika anda terus berdiam, maka takakan ada perubahan yang akan menghampiri anda kevcuali kebinasahan
4. Tingkatkan kemampuan
Jika ada cara yang anda lakukan terbukti efektif
    dan mendekatkan pada tujuan yang ingin dicapai,
    maka alangkah baiknya jika anda berusaha untuk
    meningkatkan kemampuan dan menambah kecepatan
    kinerja agar tujuan hidup anda ebih cepat tercapai.

Jika keempat hal di atas anda lakukan secara terus
menerus tanpa lelah dan bosan, Insya-Allah anda
akan mendapatkan tujuan hidup yang diinginkan.

anda ibaratnya adalah seorang 'pemahat' atas
gambaran kehidupan anda sendiri. Dan seorang
pemahat yang baik akan selalu memiliki 'planning'
terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil yang
terbaik.

Dalam hal ini, anda pun hanya bisa sebesar dan
sebahagia sebagaimana tujuan yang telah anda
tentukan. Oleh sebab itu, pahatlah diri anda
sebaik-baiknya!

**********  Quaint Virus Box  ***************

Senin, 26 Maret 2012

PENYELESAIAN KONFLIK



Pengertian konflik
1.        Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
2.        Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
3.        Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
4.        Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi (Muchlas, 1999). Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres.
5.        Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
6.        Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif (Robbins, 1993).
7.        Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami (Pace & Faules, 1994:249).
8.        Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku komunikasi (Folger & Poole: 1984).
9.        Konflik senantisa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin dicapai, alokasi sumber – sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun perilaku setiap pihak yang terlibat (Myers,1982:234-237; Kreps, 1986:185; Stewart, 1993:341).
10.    Alabeness dalam Nimran mengartikan konflik sebagai kondisi yang dipersepsikan ada di antara pihak-pihak atau lebih merasakan adanya ketidaksesuaian antara tujuan dan peluang untuk mencampuri usaha pencapaian tujuan pihak lain.

·                    Hakekat konflik
Pada hakekatnya konflik merupakan suatu pertarungan menang-kalah antar kelompok atau perorangan yang berbeda kepentingannya satu sama lain dalam organisasi. Atau dengan kata lain, konflik adalah segala macam interaksi pertentangan atau antogonistik antara dua atau lebih pihak. Pertentangan kepentingan ini berbeda dalam intensitasnya tergantung pada sarana yang dipakai. Masing-masing ingin membela nilai-nilai yang telah menganggap mereka benar, dan memaksa pihak lain untuk mengakui nilai-nilai tersebut baik secara halus maupun keras.
·                     Pandangan Tentang Konflik
1.        Pandangan tradisional (The Traditional View). Pandangan ini menyatakan bahwa konflik itu hal yang buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan irrationality. Konflik ini merupakan suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan, keterbukaan di antara orang – orang, dan kegagalaan manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan.
2.        Pandangan hubungan manusia (The Human Relation View). Pandangan ini menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang wajar terjadi di dalam kelompok atau organisasi. Konflik dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari karena di dalam kelompok atau organisasi pasti terjadi perbedaan pandangan atau pendapat antar anggota. Oleh karena itu, konflik harus dijadikan sebagai suatu hal yang bermanfaat guna mendorong peningkatan kinerja organisasi. Dengan kata lain, konflik harus dijadikan sebagai motivasi untuk melakukan inovasi atau perubahan di dalam tubuh kelompok atau organisasi.
3.        Pandangan interaksionis (The Interactionist View). Pandangan ini cenderung mendorong suatu kelompok atau organisasi terjadinya konflik. Hal ini disebabkan suatu organisasi yang kooperatif, tenang, damai, dan serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut pandangan ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimum secara berkelanjutan sehingga tiap anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat, kritis – diri, dan kreatif.

Jika kita mengalami ketegangan-ketegangan dan ketakutan-ketakutan yang tidak menyenangkan, tidak usahlah kita khawatir. Akan tetapi kita harus mulai waspada, jika gelora-gelora emosi menjadi meluap-luap, sering timbul dan berulang kali berlangsung secara kronis, sehingga menyebabkan timbulnya ketidakseimbangan dan kegoncangan hebat dalam kepribadian kita. Lebih-lebih kalau gangguan itu tidak mau lenyap dari hati dan tidak mau lenyap dalam tempo yang lama.

·                Faktor penyebab konflik

Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
Perbedaan latar belakang kebudayaan
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.

·                Jenis-jenis konflik

Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :
  • Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
  • Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
  • Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
  • Koonflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
  • Konflik antar atau tidak antar agama
·         Konflik antar politik

·                Akibat konflik

Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :
  • meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
  • keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
  • perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
  • kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
  • dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut:
  • Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik.
  • Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk "memenangkan" konflik.
  • Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.

KONFLIK INTERNAL (BATIN)

Konflik batin adalah suatu keniscayaan. Semua manusia pasti mengalami konflik. Konflik ke dalam yang bersifat pribadi, dikenal dengan istilah konflik batin. Selain tidak menimbulkan friksi dengan manusia lainnya, konflik batin penyelesaiannya relatif lebih mudah. Misalnya, mau beli mobil bagus keluaran terbaru, tapi tabungan yang ada masih sangat minim untuk menjangkau harganya. Timbul konflik batin. Beli atau tidak? Pinjam tambahan ke bank atau tidak? Nanti mencicilnya bagaimana, bisa apa tidak? Atau proyek apa lagi yang bisa dikorupsi? Konflik batin bersifat individual. Andai orang itu memadamkan keinginan untuk membeli mobil terbaru, maka usai sudah konflik yang menyertainya. Model penyelesaian menjadi lebih sederhana.
Dibawah ini kami berikan beberapa petunjuk untuk menanggapi konflik/ kesulitan-kesulitan dalam hidup.
  1. Mengeluarkan dan membicarakan kesulitan. Jika ada satu masalah yang mengganggu anda, janganlah hal ini disimpan dan disembunyikan. Uraikan kesulitan tersebut pada orang yang anda percaya. dengan demikian orang lain itu bisa ikut membantu anda dengan saran-sarannya dan ikut memecahkan kesulitan itu.
  2. Menghindari kesulitan untuk sementara waktu. terutama jika anda menghadapi satu masalah yang berat dan sulit pelik, hindari atau tinggalkan untuk sementara waktu masalah tersebut. Jika anda tetap bersitegang hati hendak mengurus kesukaran dengan rasa yang gelap, maka hal ini akan merupakan satu penghumukan diri sendiri. Dan anda tidak akan mampu menemukan jalan keluar yang baik. Akan sia-sa sajalah usaha tersebut.
  3. Menyalurkan kemarahan. Kemarahan sebagai pola tingkah laku sering membuat anda jadi menyesal dan membuat diri anda jadi ketolol-tololan. Jika anda berhasrat menggempur seseorang dengan satu ledakan serangan kemarahan, cobalah menunda terjadinya ledakan tadi sampai esok hari. Dan pada itu, sibukkanlah diri sendiri. dengan menghapus kemarahan yang sudah hampir meletus, pastilah anda akan lebih mampu dan lebih siap menghadapi kesulitan secara intelegen dan rasional. Sebab, kemarahan-kemarahan hebat yang berlangsung lama, berulang-ulang kembali dan kronis sifatnya itu dapat menyebabkan timbulnya tekanan darah tinggi dan gejala-gejala neurosa yang gawat.
  4. Bersedia menjadi pengalah yang baik. Jika anda sering bertengkar dengan orang lain, selalu keras kepala dan mau menang sendiri, dan selalu mau menentang, ingatlah bahwa tingkah laku tersebut adalah kekanak-kanakan. Berpeganglah teguh pada pendirian sendiri, jika sekiranya anda yakin berdiri di pihak yang benar, akan tetapi berlakulah selalu tenang. Dan bersedia mengaku salah, jika pendirian anda ternyata kemudian memang salah. Sungguhpun jika anda benar-benar ada di pihak yang benar, adalah lebih mudah bagi anda sekiranya anda kadangkala bersedia mengalah. Jika anda ikhlas berbuat sedemikian ini, maka anda akan mengalami bahwa lawan juga akan bersedia mengalah pada saat lain. hasilnya ialah: (a) Anda terbebas dari tekanan batin dan konflik, (b) Anda akan menemukan cara penyelesaian internal dan eksternal yang praktis, (c) Juga akan mendapatkan kepuasan dan dapat mencapai kematangan pribadi.
  5. Berbuat suatu kebaikan untuk orang lain dan memupuk sosialitas/ kesosialan. Jika anda terlalu sibuk dengan diri sendiri atau terlalu terlibat dalam kesulitan-kesulitan sendiri, cobalah berbuat sesuatu demi kebaikan dan kebahagiaan orang lain. Hal ini akan menumbuhkan rasa harga diri, rasa berpartisipasi idalam masyarakat dan bisa memebrikan arti atau satu nilai hidup kepada anda. Jiug memberikan rasa kepuasan dan keindahan karena anda merasa berguna.
  6. Menyelesaikan satu tugas dalam satu saat. bagi anda yang selalu menanggung banyak kecemasan, dan dalam keadaan stress, suatu tugas yang ringan dan biasapun akan merupakan beban yang berat baginya. Jika terjadi demikian, pilihlah satu tugas/ pekerjaan yang harus diselesaikan paling dahulu dengan mengesampingkan hal-hal lain atau tugas-tugas lain. Jika anda dapat menyelesaikan kesukaran yang pertama ini, maka kesulitan-kesulitan yang lain dengan mudah dapat diatasi. Jika anda merasa tidak mampu memecahkan satu persoalan, maka bertanyalah pada diri sendiri, apakah anda tidak terlalu ambisius, tidak menganggap harga diri sendiri terlalu tinggi dan terlampau terlampau penting, sehingga melebih-lebihkan kemampuan diri sendiri. Dan apakah anda tidak terlalu banyak menuntut pada hal-hal yang sulit dicapai.
  7. Jangan menganggap diri terlalu super. Curahkan segenap kemampuan anda dalam suatu usaha. Tapi jangan hendaknya anda membebani diri sendiri dengan satu tugas dan cita-cita yang sekiranya tidak akan sanggup anda capai. Dan janganlah percaya bahwa anda akan bisa mencapai satu kesempurnaan. Sebab kesempurnaan sejati itu hanya ada pada Tuhan.
  8. Menerima segala kritik dengan dada lapang. Ada orang yang terlalu banyak mengharap dari orang lain, dia akan merasa sangat kecewa an mengalami frustasi jika ada orang lain yang tidak bisa memuaskan dirinya, terlebih lagi jika orang lain itu tidak sesuai dengan norma/ standard ukuran sendiri dan kemauannya. Maka ingatlah bahwa setiap pribadi mempunyai hak untuk berkembang sebagai individu yang unik, otonom, dan bebas. Karena itu janganlah dirinya kita jadikan obyek manipulasi demi kepentingan sendiri. Seorang yang kecewa karena melihat kekurangan orang lain sebenarnya pada intinya dia sangat kecewa pada diri sendiri. Orang yang demikian ini akan mengganggap perlu adanya perbaikan pada orang lain, tetapi menganggap tidak ada faedahnya untuk mengadakan koreksi pada diri sendiri. hal ini menunjukkan ketidakdewasaan pribadinya. karena itu demi peningkatan martabat sendiri, hendaknya kita menerima segala macam kritik dengan lapang dada demi perkembangan pribadi kita.
  9. Memberikan "kemenangan" pada orang lain. Orang yang selalu dalam ketegangan batin, biasanya empunyai semboyan saya harus lebih unggul daripada orang lain dan harus menang, Tidak peduli apakah yang dilakukannya itu perbuatan besar atau pekerjaan yang kecil dan remeh. segala kejadian dianggap sebagai pacuan, yang harus dimenangkan olehnya dimana harus ada seorang yang kalah dan luka-luka. Kompetisi atau persaingan dalam kehidupan itu memang harus ada demi kemajuan dunia. Akan tetapi yang lebih penting ialah adanya unsur kerjasama (yang mutlak harus ada) demi kelangsungan hidup individu dan kehidupan bersama, demi ketententraman dan kebahagiaan insani. Kerjasama merupakan unsur mutlak yang harus ada dalam kehidupan bersama, kalau manusia masih mau mempertahankan hidupnya dan ingin tenteram batinnya. Jika kita bersedia menerima orang lain sebagai pemenang, hal ini akan memudahkan pengertian diri sendiri. Selanjutnya jika orang lain itu tidak lagi merasa terancam oleh kita sebab ia pernah dimenangkan walaupun sebenarnya ia jatuh terkapar kalah, maka dia juga akan berhenti menjadi ancaman bagi kita (dia akan berhenti mengancam diri kita).


KONFLIK EKSTERNAL (SOSIAL)

konflik sosial adalah konflik yang bersifat terbuka. Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi dan bila keseimbangan antara perasaan, pikiran, hasrat, dan perilaku seseorang atau lembaga terancam.
Cara-cara Pemecahan konflik
Usaha manusia untuk meredakan pertikaian atau konflik dalam mencapai kestabilan dinamakan “akomodasi”. Pihak-pihak yang berkonflik kemudian saling menyesuaikan diri pada keadaan tersebut dengan cara bekerja sama. Bentuk-bentuk akomodasi :
1. Gencatan senjata, yaitu penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu, guna melakukan suatu pekerjaan tertentu yang tidak boleh diganggu. Misalnya : untuk melakukan perawatan bagi yang luka-luka, mengubur yang tewas, atau mengadakan perundingan perdamaian, merayakan hari suci keagamaan, dan lain-lain.
2. Abitrasi, yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga yang memberikan keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak. Kejadian seperti ini terlihat setiap hari dan berulangkali di mana saja dalam masyarakat, bersifat spontan dan informal. Jika pihak ketiga tidak bisa dipilih maka pemerintah biasanya menunjuk pengadilan.
3. Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan yang mengikat. Contoh : PBB membantu menyelesaikan perselisihan antara Indonesia dengan Belanda.
4. Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih sehingga tercapai persetujuan bersama. Misalnya : Panitia tetap penyelesaikan perburuhan yang dibentuk Departemen Tenaga Kerja. Bertugas menyelesaikan persoalan upah, jam kerja, kesejahteraan buruh, hari-hari libur, dan lain-lain.
5. Stalemate, yaitu keadaan ketika kedua belah pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang seimbang, lalu berhenti pada suatu titik tidak saling menyerang. Keadaan ini terjadi karena kedua belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur. Sebagai contoh : adu senjata antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa Perang dingin.
6. Adjudication (ajudikasi), yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.
Adapun cara-cara yang lain untuk memecahkan konflik adalah :
1. Elimination, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik, yang diungkapkan dengan ucapan antara lain : kami mengalah, kami keluar, dan sebagainya.
2. Subjugation atau domination, yaitu orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar untuk dapat memaksa orang atau pihak lain menaatinya. Sudah barang tentu cara ini bukan suatu cara pemecahan yang memuaskan bagi pihak-pihak yang terlibat.
3. Majority rule, yaitu suara terbanyak yang ditentukan melalui voting untuk mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan argumentasi.
4. Minority consent, yaitu kemenangan kelompok mayoritas yang diterima dengan senang hati oleh kelompok minoritas. Kelompok minoritas sama sekali tidak merasa dikalahkan dan sepakat untuk melakukan kerja sama dengan kelompok mayoritas.
5. Kompromi, yaitu jalan tengah yang dicapai oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik.
6. Integrasi, yaitu mendiskusikan, menelaah, dan mempertimbangkan kembali pendapat-pendapat sampai diperoleh suatu keputusan yang memaksa semua pihak.



























PENUTUP

A.   Kesimpulan
Konflik merupakan sautau proses sehubungan dengan pribadi seseorang dan juga lingnkungannya. Dimana konflik merupakan suatu gejala dimana individu mengalami ketidak senangan dan ketidak setujuan terhadap suatu hal yang kemudian menimbulkan ketimpangan dan ketidaknyamanan kepada dirinya sendiri.
Konflik dapat diselesaikan tergantung dengan bagaimana kita memanajemen konflik tersebut agar tidak berkembang menjadi hal yang yang merugikan.
B.   Kritik & Saran
            Sebagai penyusun, saya akui tidak terlepas dari kesalahan dan keterbatasan. Karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penulisa makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.