Pages

Selasa, 05 April 2016

Tanah Rantau (Datang Ke Kota)

Enam tahun sudah kisah itu telah berlalu, ketika sang burung belajar mengepakkan sayapnya...
Masih terniang jelas di ingatan saat itu, ketika aku memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di sebuah kota yg asing bagiku.
Ahh entahlah perasaan apa yg berkecamuk dalam diri ketika itu, disaat diri ini harus berangkat ke kota itu, seorang diri, tanpa sanak saudara ataupun keluarga, yg hanya bermodalkan nomor hp seorang saudara jauh yg kebetulan juga ada di kota yg sama.
Subuh itu cuaca cukup mendung namun bersahabat, ketika aku membuka mata memasuki gerbang  selamat datang,,, bingung bercampur sedikit ragu, kemana dan dimana aku akan berlabuh, sedang alamat tak kunjung ku dapatkan walau ada yg kutuju namun akupun tak mengerti. Ahh sudahlah dengan sedikit keberanian, ku akhirnya berhenti di depan sebuah universitas negeri tempat sanak keluargaku itu menuntut ilmu.
Disambut desiran angin subuh yg menggigit, ku berusaha memainkan tombol hijau kotak ajaib yg menjadi modal aku merantau, ahh lama nian deringan ini di jawab, sedang kalap hati ini menyaksikan gedung-gedung asing yg ibarat monster di film ultramen yg ku tonton dulu... sungguh mengerikan, sampai akhirnya semua itu sirna tatkala jawab salam telah bersahut di sebelah layar kecil yg menyala-nyala.
Dan sekarang, tantangn kedua menerpa, ketika harus menunggu sedang sang orator jalan telah datang silih berganti menawarkan jasa pengantaran,,, yah orang udik sepertiku pastilah di hinggapi rasa cemas dan was-was apalagi kemarin baru saja aku menyaksikan siaran "buser" tentang aktivitas pemalakan, hipnotis, pencurian dan pemerkosaan (walaupun hal ini sangat jarang ku dapati adanya seorang lelaki yg di culik, di perkosa kemudian dibunuh)...
Ahh ingin rasanya kembali lagi ke tanah kelahiran, agar aku kembali lagi ke sangkar yg nyaman dan amanku. Namun semua itu sirna tatkala kusaksikan sesosok pria seumuranku berada di seberang jalan, dengan sepeda merah yg ia kendarai, samar-samar ku tangkap wajah yg tak asing bagiku,,,, akhirnya tiba juga masaku melepaskan kegelisahan yg kini menghantuiku,,
Dengan mengendarai sang kaki tiga kepunyaan "daeng", aku melaju menuju gang sempit di pimpin sang nahkoda roda dua merah yg ada di depanku sebagai penunjuk jalan....
Akhhh....

Tidak ada komentar: