Pages

Selasa, 05 April 2016

Tanah Rantau (Edisi Masuk Kampus)

Perjalan rantau berlanjut, kini mimpi yang tak pernah termimpikan olehku menjadi kenyataan. Bisa kuliah di sebuah kota besar yang kehidupannya sangat kontraks dalam kehidupanku di desa.
Dan tantangan kali ini yang menerpaku sungguh berbeda dari tantangan awal ketika sampai di kota itu.
Mendaftar di kampus, yah walaupun telah dinyatakan lolos seleksi namun akan ada lagi tahap selanjutnya, inilah yg menjadi tujuanku datang ke kota itu, yakni mendaftar ulang.
Jikalau hanya sekedar mendaftar yah itu bukan masalah besar, namun yg jadi masalah adalah tempat mendaftar, jalan kesana dan siapa yang dapat membantuku Jikalau sesuatu hal terjadi, sedang aku hanyalah seorang anak udik sebatang kara yg tak tahu menahu seluk beluk kota bahkan menyebrang jalan pun aku belum mampu, bayangin aja di desa aku di ajari oleh orang tuaku dan guruku tentang aturan untuk menyebrangi jalan "lihat kanan kiri dulu, kalau udah sepi ngak ada mobil atau motor, baru menyebrang yah nak" nah itulah yang terekam dan sekaligus jimat keberuntungan ku menyebrangi jalan di desa, namun ini kota, mobil dan motor takkan ada sepinya.
Namun sekali baju basah pantang pulang sebelum kering (maklum di desa dulu hobinya nyebur di sungai, jadi kalau basah yah nunggu kering dulu baru pulang agar ngak di omelin emmak di rumah), dengan bermodalkan peta kecil yang dibuatkan seorang teman beberapa hari sebelumnya, petualang seorang diri pun dimulai.
Memutari gang, lewat jalan setapak, mendaki gunung dan melewati lembah akhirnya sampailah juga di pojok garis peta buatan teman, dengan rasa tak sabar ku masuki gerbangnya, "saya kepagian yah? " tak ada aktivitas apapun di tempat itu, bahkan tanda2 akan dibukanya pendaftaran ulang juga tak ada, perasaan kalut bin cemas kembali menghantui, apa benar ini tempatnya?
Sekali lagi ku perhatikan secarik kertas usang yang ku bawa, kusaksikan dengan saksama dengan kemampuan mengukur fisika dan matematikaku, dapat ku pastikan bahwa tak ada yang salah dengan peta maupun jalan yang ku lalui, lantas kemana orang-orang yang mempunyai tujuan mulia sepertiku.
Ditengah kebingungan itu, nafasku seolah berteriak gembira ketika mataku menangkap sesosok pemuda hitam, berbaju hitam dan bercelana jens hitam sedang melintasi jalan buatan di bawah sebuah pohon besar. Dengan keberanian diatas normal, ku hampiri dan mencoba bertanya kepadanya dengan harapan mendapatkan secerca angin sepoi bagi jiwa yg kalut dan was was.
"Misi mas, tempat daftar ulang di mana yah? " dengan logat sedikit kejawa-jawaan, dengan memperhalus bahasa dan muka sedikit tersenyum dan penuh harapan pertanyaanku ini terjawab dengan sebuah jawaban yg dinantikan. Lama dia terdiam, memperhatikanku dari ujung kaki hingga kepala, mungkin dia lagi mikir, orang udik ini lagi mau cari kerja jadi clening service yah.
"Ngak tahu" itulah jawaban yg sama sekali tak ingin ku dengar dari lisannya, bagai tertusuk sembilu yang tajam dari perasaan putusnya seorang kekasih yang sangat di cintai. Sakit dan mengecewakan.
Singkat cerita untuk mengobati rasa kekalutan yg menggerogoti jiwaku, ku putuskan untuk mengintari kampus itu, tiba-tiba mataku menangkap sebuah papan yg berisikan gambar2 kecil dan keterangan tentang bagian-bagiannya, sekedar iseng memperhatikannya dan juga merupakan solusi alternatif agar aku tak harus lelah berjalan untuk mengintari setiap pojok dan jengkal kampus itu, yg menurutku sangat luas, (apalagi kalau di pakai untuk menanam padi, pastilah akan menghasilkan berpuluh-puluh ton)
Sikilas namun pasti, namun huruf "BAAK" yg terpampang di papan itu, ibarat huruf yg tak asing lagi bagiku, ku rogoh secarik kertas formulir kelulusanku, dan yah tak salah lagi, itulah tempat dan tujuan utama ku pagi ini, namun ada yang berbeda, mengapa letaknya bukan di daerah yang kudatangi tadi?? Adakah yg salah dengan gambar di papan itu??, seribu dua tanya mengahampiri rongga kecil di kepalaku, yg semenjak dua malam lalu masih terasah berat akibat pengaruh menghirup udara kota yg sangat sesak di paru-paruku, namun sekali lagi, ku fungsikan ingatanku tentang pelajaran geografi yg pernah ku dapatkan berkaitan dengan peta, ditambah analisa kemampuan kecerdasan mekanika fisika dan matematikaku, maka dapat ku pastikan bahwa memang bukan di tempatku tadi lokasinya, namun jauh di seberang jalan lah tempatnya.
Bergegas, kutinggalkan tempat itu, dengan penuh Rasa kesal, malu, kecewa dicampur rasa lainnya bercampur sudah di dalam sepering hati dan kini aku malah memilih untuk melahapnya habis tanpa tersisa , ternyata aku telah menghabiskan satu jam lebih menjadi orang bodoh yang tersasar di tempat dan lokasi yang berbeda. dengan sedikit lari-lari kecil ketelusuri jalan penghubung antara lokasi ku bermula dengan lokasi yang ku tujuh yang ternyata berbeda jauh dari peta hasil karya temanku. Namun tiba-tiba kakiku terhenti di sebuah persimpangan jalan besar, apakah anda tahu mengapa aku terhenti?? Yah tepat sekali, menunggu jalan sepih untuk dapat menyembarangi jalan itu.
Heheh

Tidak ada komentar: