Cerita ini, menceritakan
beberapa pengalaman aku ketika mengajar disebuah sekolah menengah kejuruan di
kota makassar.
Cerita ini berawal disiang hari
tepatnya tanggal 11 sept 2013, ketika aku dan kawanku melakukan pengecekan
lokasi tempat kami ditugaskan untuk menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah
menjelang semester akhir di kampus, biasanya sih di sebut PPL, kalau tidak
salah singkatan dari Program Pengalaman Lapangan. Dan benar juga, memang ini
adalah sebuah program pencarian pengalaman dan pembandingan antara teori dan
realita yang ada.
Kisahku diawali pada pagi hari,
kamis 12 september 2013 ketika aku berangkat pagi hari menuju kesekolah tempat
aku ditugaskan. Ketika kaki ini melangkah masuk melalui dua tembok kokoh yang
sudah cukup tua (sebut pintu gerbang sekolah), aku seolah tak percaya dan
sedikit heran dengan arsitektur bangunan yang cukup tua dan sedikit angker
menurutku. Kenapa tidak di taman sekolah berdiri kokoh sebatang pohon beringin
yang cukup tua dengan juntai-juntai serabutnya yang sangat rimbun, ditambah
lagi di setiap halaman sekolah kudapati
pohon serupa yang kadang membuat bulu kuduk ini merinding (konon kata
orang kampung pohon yang paling disenangi oleh setan atau sebangsanya untuk
digunakan sebagai tempat tinggal adalah pohon beringin* tahayyul ckckcckcckc).
Ketika sedang asyik mengamati,
kamipun dikumpulkan oleh pihak sekolah disebuah “PERPUSTAKAAN SMK NEGERI 1
MAKASSAR” setidaknya itu yang terpampang jelas diatas pintu masuk diruangan tersebut.
Emank sih sekilas mirip perpustakaan, namun menurut saya sih lebih tepatnya
tempat penyimpanan buku. Kenapa tidak, karena sangat jarang aku melihat siswa
yang berada di ruangan tersebut, termaksuk ketika aku sudah mengajar di sekolah
tersebut. Hanya beberapa orang petugas yang ku saksikan mondar-mandir diruangan
tersebut. Walaupun ada siswa namun tempat ini hanya dijadikan alternatife
tempat untuk mengerjakan tugas ketika diberikan tugas/ dihukum oleh guru.
Akhirnya setelah beberapa menit
menyaksikan para penguasa di sekolah itu berceramah (maksudnya pak kepala
sekolah) dan disambut dengan beberapa arahan selama berada di sekolah, kamipun
secara resmi diterima untuk mengadakan praktik disekolah tersebut.
Keherenanku mungkin belum
selesai sampai disitu, selepas itu kamipun (sebut aku dan seorang temanku)
mengadakan observasi denah sekolah, dan setengah tak percaya hanya ada satu
pintu masuk kedalam sekolah, dan hanya ada satu jalur untuk menuju ke kelas 3.
Wahhh pikiranku mulai menerawang, ini sekolah ataukah penjara. Belum sampai
disitu, kebanyakan kelas mereka sudah tak lagi menggunakan meja, namun yang
mereka gunakan, layaknya seorang mahasiswa, yakni sebuah kursi dengan sandaran
tempat mencatat. Wah mungkin ini adalah moderinisasi sekolah-sekolah yang
ada di perkotaan, namun ini adalah
satu-satunya sekolah yang pernah aku masuki menggunakan bangku seperti itu.
Ini belum selesai, akhirnya
kami memutuskan untuk bekunjung keruangan tempat kami ditugaskan. Ruangannya
berada agak jauh dan terpisah dari rungan-ruangan lainya seprti ruangan guru,
kepala sekolah dan staf tata usaha. “RUANGAN BP/BPK” hem papan nama yang sudah
lama karena sekarang jurusan tersebut sudah berganti nama dengan sebutan BK,
bukan singkatan dari BuKu loh atau Bubur Kacang.... hem jadi lapar. Makan dulu
ahhhh.....
Lanjut...
Rungan inilah yang nantinya
akan menjadi saksi keberadaanku selama berada di sekolah tersebut. ( emang ini
ruangan bisa bicara yah kalau gitu ganti deh jadi bukti bukan saksi... hemm
kaya lebih tepat).
Nah itulah awal hariku ketika
berada di sekolah tersebut.
Nagh, itu pengalaman pertama
aku ketika berada disana, dan semenjak berada disekolah tersebut aku menemukan
lumayan banyak pengalaman unik, menarik, tak masuk akal, samapi pengalaman
menjadi orang gila (becanda).
Berikutnya adalah pengalaman
yang ku peroleh yang mungkin akan membuatku lebih semangat kedepanya, apa itu,
inilah dia... teneneng (musik intro ckckcckck)
Pengalaman yang pertama yang
takkan pernah akan aku lupakan adalah ketika aku masuk ke kelas untuk
memberikan layanan. Dan hebatnya aku masuk kelas tanpa bekal, tanpa bahan, dan
tanpa baju (porno ah). Hanya dengan modal nekat dan beberapa pengalaman aku
ketika berhadapan dengan bangsa jin dan dunia hewan ( loh kok gitu sih)
maksudnya pengalaman aku berhadapan dengan siswa-siswa SMA ketika menjadi
pemateri (emang ini bukan pengalaman pertama aku mengajar, tapi ini beda
bo...). akupun masuk di sebuah ruangan... kelas X AP 3. Wahh terasa ingin pingsan
dan leyap ketika berada dikelas ini, tak ada sopan santun, tak ada tatakrama,
tak ada peraturan, tak ada penghargaan, dan tak ada yang memperhatikan. Kecuali
sebagian kecil saja. Akhirnya kuputuskan untuk menyelingi materiku dengan
sebuah teka-teki yang kudapat dari seorang teman. Awalnya sih emang kacau, tapi akhirnya mereka penuh
antusias mengikuti pengarahanku. Sampai-sampai tingkat keseriusan mereka dan
antusias mereka membuat salah seorang diantara siswa tiba-tiba kejang. Wah bel
dalam kepalaku sengera membunyikan alarm bahaya. Tuiiiiiiiiiinggggggg..... (emang
ambulans)
Semua siswa akhirnya
mengelilingi sikorban keganasan pertanyaann teka-teki yang ku berikan, namun
yang membuat aku terheran-heran, sebagian dari mereka tetap asyik berada
dipapan tulis menyelesaikan teka-teki games yang aku berikan. Terasa ingin
terbang untuk menendang semua siswa tersebut, namun harus kutahan karena si korban
terlihat agak linglung, ngambil tas kemudian cabut (alias keluar dari kelas)
ketika aku hendak menjadi pahlawan kesiangan, dengan mencoba menahan si korban
tidak keluar kelas, sontak teman-teman teriak yang tak jelas, JANGAN........
(pikirku mereka mau ikutan mencegat si korban untuk keluar kelas tapi lanjutan
kata jangannya adalah.....) DISENTUH... he ???? (kepala mengerit tanda penuh
keheranan, bukannya ditahan malah dilarang sentuh, dasar kurcaci)
Setelah ku coba mencerna
baik-baik kata-kata tersebut, akhirnya kuputuskan untuk tetap menahan siswa
tersebut. Dan mencoba membimbingnya ke alam sadarnya. Dan..... SEDIKIT
BERHASIL. Lah memang sedikit kok, karena emang dia sadar sendiri. Heheh.
Akhirnya ku arahkan temanku untuk membawanya keruangan kesehatan untuk
beristirahat. Tak beberapa lama setlah hal itu terjadi, ketika materi hendak
kulangsungkan kembali, kekacauan yang lainya terjadi, salah seorang siswa juga
mengalami hal yang serupa, namun hal ini berbeda (serupa tapi beda) siswa
tersebut tak sadrkan diri dan teridentifikasi kemasukan jin. Histeris ria, kaya
konser. Akhirnya tanpa berfikir ini itu dan sebagainya. Ku perintahkan beberapa
orang siswa untuk menggotong korban kedua ini keruang kesehatan.
Pengalaman
pertama, hanya dengan bertanya, dua korban teridentifikasi terkena serangan
penyakit. Jadi berhati-hatilah jika ingin bertanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar